TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Eksekutif Skala Knowledge Indonesia Arif Nurul Imam angkat bicara menanggapi pertukaran posisi kursi jabatan di beberapa kementerian dan lembaga di akhir masa kepemimpinan Presiden Jokowi. Menurut dia, hal itu bagian dari upaya mempermudah transisi kekuasaan pemerintah selanjutnya.
“Melihat reshuffle yang mulai masuk orang-orang kepercayaan Prabowo Subianto bisa dibaca sebagai upaya mempermudah transisi kekuasaan,” katanya saat dihubungi, Selasa, 20 Agustus 2024.
Arif menuturkan, dalam rencana melanjutkan pemerintahan, tentu ada langkah dalam menata orang-orang yang masuk dalam kabinet, terutama dari lingkaran kepercayaan Prabowo. Hal itu, kata dia, tak menampik berkurangnya orang-orang yang sebelumnya mengisi kursi jabatan pilihan Jokowi.
“Wajar saja karena memang yang menjadi presiden mendatang Prabowo, bukan Jokowi. Ke depan tentu orang-orang Prabowo akan makin banyak yang duduk di jabatan-jabatan strategis termasuk di kabinet,” kata dia.
Ia juga menuturkan, di pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto, mayoritas pengisi kursi kabinet dari orang-orang Prabowo pula, alih-alih wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka. “Tetap ada orang Jokowi atau Gibran tapi porsinya tak sebanyak orang-orang Prabowo,” ujarnya.
Reshuffle kabinet didasari aturan Keppres No 92/P Tahun 2024 tentang pemberhentian dan pengangkatan menteri negara kabinet indonesia maju periode 2019-2024 dan Keppres Nomor 52/M Tahun 20204 tentang pengangkatan Wamenkominfo Kabinet 2019-2024.
Iklan
Adapun sejumlah menteri yang dilantik semalam, yakni Menteri Hukum dan HAM Supratman Andi Atgas, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Kepala BKPM/Menteri Investasi Rosan Roeslani, dan Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Angga Raka Prabowo.
Sementara Jokowi mengangkat Dadan Hindayana sebagai Kepala Badan Gizi, Hasan Nasbi sebagai Kepala Badan Komunikasi Kepresidenan, dan Taruna Ikrar sebagai badan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Daniel A. Fajri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Fitra Sebut Dukungan Transformasi Ekonomi Hijau di Technology Prabowo Masih Minim, Ini Penjelasannya